Jumat, 19 November 2010

MENGAPA KITA MENJADI BANGSA KORUP

"Maaf Bu, saya menyerahkan berkas usulan menjadi wakasek kesiswaan," Kataku sambil menyerahkan berkas itu kepada pegawai di salah satu dinas . Tetapi, dugaan saya ternyata benar, bahwa pegawai tersebut tidak akan melayani dengan baik.
"Taruh situ, Jawabnya enteng, tanpa melihat saya atau pun berkasnya. saya pun mengulangi lagi, mungkin barangkali kurang jelas tapi
"Ya, saya ndak tahu apakah selesai dalam waktu dekat, kita lihat saja nanti, taruh saja di situ" jawabnya sekali lagi.
Saya pun putus asa dan melaporkan kejadian ini ke atasan saya, ternyata dia sangat paham keadaan yang baru saya alami. Dia langsung mengeluarkan amplop dan uang seratus ribuan.
"Ini, serahkan amplop ke bapak yang bertugas mengetik nanti,"kata atasan saya sambil menjelaskan bahwa zaman sekarang kalau tidak ada uang lelah tidak akan pernah dikerjakan.
Memang benar, saya kembali ke kantor dinas dan langsung mencari orang yang disebutkan atasan saya dan waw, ternyata langsung dikerjakan lebih mengejutkan lagi sudah ditandatangani oleh kepala dinas bersangkutan kurang lebih 20 menit.

Itulah salah satu fakta pelayanan kantor dinas dari sekian fakta pelayanan di semua instansi. Kebiasaan seperti itu sudah jadi budaya dan akan mengakar serta sulit dihilangkan. Mengapa terjadi seperti itu? Bisakah kebiasaan tersebut dihilangkan? Sepertinya pertanyaan itu susah untuk menjawabnya karena kalau hanya jawaban normatif, tentu tidak akan punya nilai, tetapi jika sebuah rencana yang mudah diterapkan dan bersifat bijak, semua orang akan memahaminya dan tidak akan pernah melakukan praktik korupsi.

1. Ikhlas bekerja

Hal inilah yang rupanya sudah ditinggalkan oleh rata-rata orang dalam bekerja. Semua keberhasilan dalam bekerja hanya diukur dengan imbalan yang lebih besar. Mereka lupa bahwa setiap bulan sudah mendapat gaji yang besar dari pemerintah. Akan tetapi, entah mengapa mereka ingin selalu lebih, padahal perkerjaan belum juga selesai. Sifat ikhlas bekerja sudah hilang dari hatinya. Mereka sudah lupa bahwa bekerja itu adalah ibadah,justru sudah dibutakan oleh kebutuhan materi yang harus dipenuhi dan senang dipuji jika lebih dari yang lain. Masihkah ada pegawai di kota ini yang bekerja penuh keikhlasan, atau sebaliknya. Jika sebaliknya, bisa dikatakan negara yang kita cintai ini akan tinggal nama karena hancur oleh perilaku korupsi.

2. Tidak pandai bersyukur

Gaji yang telah diterima setiap bulan, apalagi suami isteri itu adalah sama-sama pegawai negeri, tentunya cukup untuk kbutuhan satu bulan. Mereka selalu berdalih bahwa gaji setiap bulannya hanya cukup di pertengahan saja. Itu adalah pikiran boros dan tidak tahu diri. Ingin semua kebutuhan tercukupi tanpa mempertimbangkan gajinya cukup atau tidak sehingga mereka akan emncari uang dengan segala cara.

3. Dedikasi pada negara

Jika semua orang ingat saat awal diterima menjadi pegawai negeri, seperti perasaan senang, bangga, dan merasa menjdi milik negara. Cinta kepada tanah air adalah tujuan kita bekerja sebagai PNS. Semua pekerjaaan kita arahkan pada kemakmuran bangsa sehingga bangsa ini tidak terkurung oleh kemiskinan. Koruptor sudah tidak lagi bekerja demi negara untuk mewujudkan negara yang makmur, justru mementingkan perutnya sendiri.

4. Kesadaran beragama

Barangkali inilah, semua orang meremehkan bahwa perilaku korupsi sangat bertentangan dengan agama. Tuhan akan membalas semua amal yang kita kerjakan walaupun sedetik. Koruptor adalah orang yang kesadaran beragamanya dangkal, meremehkan, meskipun sudah ahli agama

Seluk beluk pelayanan di pemerintahan sudah sebegitu parahnya dalam hal korupsi. Akibatnya, jarang sekali ditemukan pelayanan langsung selesai tanpa adanya pungutan liar. makanya otoritas internasional bidang pemberantasan korupsi masih menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup di Asia Tenggara. Akankah Indonesia terus-menerus menyandang gelar itu? Mudah-mudah tidak, masih banyak orang Indonesia yang punya hati nurani dan tidak berprilaku seperti itu.